Redclaw crayfish (Cherax quadricarinatus /von Martens, 1868/) adalah lobster air tawar parastacid yang berasal dari Australia utara dan New Guinea selatan. Karena total panjang tubuh dewasa lebih dari 20 cm dan warna kebiruan yang menarik dengan bercak merah pada capit jantan, lobster air tawar ini sangat populer baik untuk konsumsi manusia maupun untuk perdagangan hias domestik dan internasional. Budidayanya sangat mudah dilakukan secara buatan, semi buatan, dan perairan alami. Udang karang ini toleran terhadap kondisi perairan, bersifat omnivora, tumbuh cepat dan dengan pematangan yang cepat dan fekunditas tinggi. Satu betina dewasa dapat bertelur lebih dari seribu telur dalam satu kumpulan telur. Sederhananya, fitur biologis dan ekologis yang disebutkan tadi membuat lobster air tawar ini menjadi penginvasi yang sempurna.

Lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) yang hampir dewasa di fasilitas budidaya/akuakultur.

Di Indonesia, lobster air tawar Redclaw ditemukan pertama kali di habitat aslinya di Jawa pada tahun 2016. Pada tahun-tahun berikutnya, kemunculannya telah dilaporkan dari banyak pulau di Indonesia dimana lobster air tawar dibudidayakan dalam jumlah besar terutama di kolam-kolam dan juga danau-danau alami. Apa yang mengkhawatirkan: lobster air tawar ini dapat dengan mudah lolos dari fasilitas budidaya dan diketahui telah membentuk populasi liar dalam banyak kasus. Lobster air tawar bereproduksi dengan cepat dan menyebar melalui aliran perairan dan juga dengan berjalan di lingkungan terestrial. Semenjak lobster air tawar Redclaw memiliki dampak negatif pada biota asli karena mencari makan, merumput, dan perilaku predator, dengan kompetisi langsung, dan dengan aktivitas menggali, dampak penyebarannya ke seluruh ekosistem terasa signifikan.

Budidaya lobster air tawar (Cherax quadricarinatus) di alam terbuka di danau alami.

Di Sulawesi, setidaknya diketahui ada enam populasi lobster air tawar Redclaw yang bertahan secara mandiri, satu di sungai dan dua di danau (Tabel 1). Jelas sekali bahwa lobster air tawar Redclaw mengancam, antara lain lobster air tawar seperti yang didokumentasikan dalam kasus Macrobrachium sintangense (de Man, 1898) yang kalah jumlah dengan lobster air tawar ini di Danau Lido di Jawa, Indonesia. Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa lobster air tawar Redclaw menimbulkan risiko yang signifikan bagi biota air tawar asli di alam liar di Sulawesi.

Peternakan di alam terbuka yang berfokus pada lobster air tawar (Cherax quadricarinatus).

Bahkan jika spesies ini dinilai berharga bagi produsen dan pedagang, tidak diragukan lagi bahwa itu adalah penginvasi dengan potensi invasi tinggi yang mampu menyebabkan homogenisasi keanekaragaman hayati setidaknya dalam skala lokal. Karena alasan ini, budidaya dan pelepasannya ke dalam perairan di Sulawesi tidak diharapkan terjadi dan sangat berisiko bagi spesies asli seperti udang-udangan. Disini, kami sangat mendesak para petani lokal dan pemangku kepentingan lainnya untuk menghentikan pengenalan spesies ini ke daerah baru di Sulawesi. Memiliki rasa tanggung jawab dan tidak menyebabkan kehancuran hewan endemik anda yang luar biasa dan satwa liar secara umum!

Homogenisasi keanekaragaman hayati yang disebabkan oleh Redclaw (Cherax quadricarinatus). © Lucas Bono
Referensi:

Akmal, S. G., Santoso, A., Yonvitner, Yuliana, E., Patoka, J. (2021) Redclaw crayfish (Cherax quadricarinatus): Spatial distribution and dispersal pattern in Java, Indonesia. Knowledge and Management of Aquatic Ecosystems, 422: 16.

Haubrock, P., Oficialdegui, F.J., Yiwen, Z., Patoka, J., Yeo, D.C.J., Kouba, A. (2021) The redclaw crayfish: A prominent aquaculture species with invasive potential in tropical and subtropical biodiversity hotspots. Reviews in Aquaculture, 13: 1488-1530.

Patoka, J., Wardiatno, Yonvitner, Y., Kuříková, P., Petrtýl, M., Kalous, L. (2016) Cherax quadricarinatus (von Martens) has invaded Indonesian territory west of the Wallace Line: evidences from Java. Knowledge and Management of Aquatic Ecosystems, 417: 39.

Patoka, J., Wardiatno, Y., Mashar, A., Yonvitner, Wowor, D., Jerikho, R., Takdir, M., Purnamasari, L., Petrtýl, M., Kalous, L., Kouba, A., Bláha, M. (2018) Redclaw crayfish, Cherax quadricarinatus (von Martens, 1868), widespread throughout Indonesia. BioInvasions Records, 7: 185–189.

Yuliana, E., Yonvitner, Akmal, S.G., Subing, R.A., Ritonga, S.A., Santoso, A., Kouba, A., Patoka, J. (2021) Import, trade and culture of non-native ornamental crayfish in Java, Indonesia. Management of Biological Invasions, 12: 846-857.

LocalityLingkunganCatatan pertama
Kolam di Bantimurungbuatan2016
Kolam di Bonto Jolongbuatan2016
Sungai Lahumbutisungai2016
Kolam di Lekoalabuatan2017
Danau Tondanodanau alami2016
Danau Tempedanau alami2016

Tabel 1: Redclaw (Cherax quadricarinatus) di Sulawesi: nama daerah, lingkungan (buatan, sungai, atau danau alami), dan tahun pertama tercatat.

Jiří Patoka & Surya Gentha Akmal